Birokrasi Indonesia: Profesional atau Profitsional?

Yup, kalimat ini tak asing lagi kan di telinga, Sahabat? Memang benar, kalimat inilah yang paling sering muncul ketika masyarakat dikecewakan oleh pelayanan birokrasi. Birokrat yang seharusnya mengemban amanah sebagai pelayan publik, masih sering "bermain" saat bekerja. Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk husnudzan. Jadi sebagai obat kejengkelan kita kalau sedang dikecewakan oknum birokrat, mending berpikir positif saja. Dan sampai detik ini ana pun masih memiliki keyakinan jika tidak semua birokrat tidak bekerja dengan baik. Ya berpikir positif, mungkin bapaknya baru sakit gigi, jadi pelayanan tak ramah. Mungkin si ibu sedang ada masalah, jadi pelayanan lama sekali. Tetapi memang sulit ketika di satu sisi kita harus husnudzan, di satu sisi kita sering melihat beberapa birokrat dengan santainya duduk di depan monitor sambil berlayar ria di jejaring sosial. Memanfaatkan fasilitas wifi dari kantor lah. Masyarakat harus bersikap seperti apa, kalau kenyataan di depan mata seperti itu. Gaji lancar, kerjaan ga kelar. Apa sih sebenarnya birokrasi? Apa tugasnya?

Salah satu dari banyak pengertian birokrasi adalah tipe organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan berbagai tugas-tugasnya yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah (Tjokroamidjoyo, Bintoro : 1998). Tugas birokrat intinya adalah menjalankan dan berperan penting dalam pelayanan publik. Apresiasi negara terhadap para birokrat sebenarnya juga tak main-main. Gaji, tunjangan dan bonus-bonus yang diberikan rasanya kadang tak sebanding dengan pelayanan yang diberikan untuk masyarakat. Datang terlambat, pulang lebih awal, pelayanan tidak maksimal dan kekecewaan lainnya muncul dari hasil tingkah polah birokrat. Jadi, bisa disimpulkan masih ada birokrat yang menganut profitsional (baca: mengejar untung) di negara tercinta ini. Sedangkan usaha pengembangan kapasasitas (capacity development) yang dilakukan pemerintah juga terkadang masih saja tidak tepat sasaran. Kunjungan kerja atau study banding memang sering dilakukan, tetapi muatannya masih sekadar jalan-jalan pegawai.
Sahabat, mari kita kembali merenungi, sampai kapan birokrasi kita akan seperti ini? Budaya KKN yang sepertinya turun-temurun sulit dihilangkan. Masih sering ditemui, siapa yang bayar lebih, dia yang akan dilayani lebih cepat ala pelayanan VIP. Kita sebagai generasi muda-tunas bangsa-seharusnya sadar akan hal-hal seperti ini. Jangan sampai budaya negatif ini menjadi karakter bangsa ke depan. Na'udzubillah...
Sahabat, agama Islam yang sempurna ini memiliki pedoman yang tak lekang dimakan zaman. Dari dulu hingga sekarang bahkan esok tak akan ada perubahan isi dari Al Quran atau As Sunnah. Tak perlu ada pembaharuan. Lalu, apa hubungannya dengan tingkah polah birokrasi? Ana menemukan satu hadist yang bisa dijadikan sebagai prinsip baru para birokrat. Mungkin Sahabat sudah sering baca juga. Ana rasa hadist ini pantas dijadikan sebagai prinsip baru birokrasi di Indonesia. Memang solusi yang kurang bisa diterima sih, mengingat semua keberhasilan reformasi birokrasi kembali pada birokrat itu sendiri dan tentunya juga ada tergantung banyak hal. Well, setidaknya kalau ada birokrat yang lagi on line terus ga sengaja baca tulisan ana kan lumayan, Sahabat (ngarep). (Tinggalkan komentar ya, Pak, Bu, kalau Anda seorang birokrat :))
Ini dia nih hadist untuk para birokrat:

“Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

Nah, keren sekali, kan? Sahabat dan semua tentu yakin janji Alloh tak akan pernah ingkar. Siapa yang tak mau urusannya dipermudah? Apalagi di dunia dan di akhirat, sekecil kebaikan yang kita lakukan tak pernah luput dari pengawasan Alloh. Gaji dari negara sangat cukup asal mau bersyukur. Dan ini gaji luar biasa yang dijanjikan Alloh. Masih kurang? kebangetan ^-^(key)