Free Soccer Ball Cursors at www.totallyfreecursors.com
PerMiDi: LEBIH DARI LUAR BIASA
RSS

LEBIH DARI LUAR BIASA

Ada yang masih suka ngeyel sama Ibu, Sahabat? Atau sering menutup telinga kalau Ibu memberi nasihat? Tak jarang juga ya kita lebih mendahulukan kesenangan pribadi padahal Ibu sudah memohon, pulang ke rumah lebih cepat, menemani belanja atau apapun dari Ibu, masih saja sering kita nomor duakan, bahkan bisa lebih. Sahabat tentunya sudah paham, Ibu adalah orang teristimewa karena lewat rahimnya kita bisa ada saat ini. Ibu yang sembilan bulan menanggung beban kita. Tak berakhir sampai sana, setelah lahir dan sampai sekarang pun kita menjadi beban Ibu. Beban yang menurut Ibu bukan beban, tetapi sebuah anugerah dari Alloh. Apapun bentuk dan sikap anaknya, kasih sayang Ibu tak akan pernah berakhir. Bersambung terus menerus mengalahkan sinetron ratusan eipsode.
 
Menurut ana sih, yang ada kita sebagai anak tak jarang menganggap perintah, pesan dan nasihat Ibu sebagai beban. Jadi anak baik, beban. Hidup jangan neko-neko, beban. Belanja di pasar, beban. Mengantar jemput adik/ kakak, beban. Nggarap skripsi, beban (nek iki ana juga sedang merasakan, hihi). Saking istimewanya seorang Ibu, kita tengok lagi hadist yang memperlihatkan kedudukan Ibu.
"Surga itu di bawah telapak kaki ibu, siapa yang ia kehendaki maka akan dimasukkan dan siapa yang ia ingini maka akan dikeluarkan". 
(Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah, no. 593)
 Sahabat juga pasti hapal dengan hadist yang ini, 
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?” Jawab Rasulullah, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ayahmu.” (Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)

Tak perlu diragukan lagi, Al Quran dan Hadist sudah banyak menunjukkan mengapa seorang Ibu istimewa. Perintah untuk memuliakan Ibu sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang anak. Jadi, lakukan sekarang atau akan menyesal (jadi ingat kalau sedang ESQ, ujung renungan pasti Ibu)
 ----------------------------------------------------------------------------------------------
Sebenarnya latar belakang ana menulis kali ini adalah luapan syukur atas pelajaran yang Alloh berikan sebulan terakhir ini. Tepatnya mulai Sabtu, 29 Oktober 2011 kemarin ana benar-benar merasa menjadi Ibu. Eits...jangan salah sangka dulu :) Ana belum jadi umi yang berputra loh, masih perlu banyak belajar.
Jadi ceritanya dimulai Sabtu pagi, seperti biasa Ibu sudah patroli ke kamar anak-anak untuk membangunkan kami, pukul 03.00 dini hari. Tetapi seminggu terakhir ini Ibu membangunkan kami dengan kepala pusing, jadi sebelum ana sholat pasti diminta mijet Ibu sebentar (sambil merem-merem tentunya, hehe). Nah, pagi itu pusing Ibu benar -benar sudah tak tertahan, pusing tak bisa diungkapkan katanya. Bumi serasa bergoyang, seperti sedang berlayar dilautan. Mubeng kabeh. Tak perlu lama-lama, ba'da sholat shubuh, Bapak mengantar Ibu ke RS terdekat, 1 kilometer lah. Ana yang Sabtu pagi itu janjian syuro' (rapat) pukul 07.00 WIB mulai kebingungan. Sudah hampir dua jam Ibu dan Bapak belum pulang. Adik sudah berangkat sekolah, lalu ana kirim sms ke Ibu menanyakan kondisinya. Tak lupa ana kirim sms juga ke teman, sms perberitahuan kalau ana terlambat datang syuro'. Alloh memang Mahabaik, tak lama ada sms kalau syuro' ana ditunda. Jadinya ana menghubungi Bapak Ibu lagi. Tak terjawab. Sampai akhirnya ana berangkat syuro' pukul 09.00, dengan ketidaktahuan kabar Ibu. Pulang syuro', barulah ana tahu Ibu dirawat untuk istirahat total. Kata dokter saat itu, Ibu vertigo, gula darah juga perlu dipantau agar stabil karena Ibu memang Diabetes. Okelah, mulai hari itu yang ternyata cukup lama juga Ibu di RS, delapan hari, ana menggantikan tugas Ibu. Menyiapkan makanan, beres-beres rumah, jaga Ibu karena memang Bapak kerja full day, adik harus sekolah. Di samping itu ana juga tak bisa meninggalkan tugas-tugas kuliah, amanah dan pekerjaan pribadi lainnya. Sempat histeris juga (lebay mode: on), harus pintar-pintar bagi waktu. Semuanya harus dibereskan, adik ana yang banyak kegiatannya juga kalau pulang sekolah tak langsung pulang. Ada saja, tetapi positis sih. Dan saat Ibu mulai masuk kerja meski masih pusing (heran, vertigo lama kali sembuhnya), ana yang antar jemput. Pekerjaan baru, selama ini kami pergi masing-masing, lalu harus antar jemput tentu butuh penyesuaian. Serapi mungkin jadwal ana sesuaikan dengan jadwal Ibu. Syuro', kuliah, ngaji dan kegiatan lainnya. Pernah juga rute perjalanan ana dalam sehari panjang sekali, Sahabat. Jalan Pleret ke Jalan Kaliurang lanjut ke Jalan Pleret kembali lagi ke Jalan Kaliurang. Bismillah, semoga tercatat sebagai pengabdian anak kepada Ibunya :)

Saran ana sih cerita di atas tak perlu dibaca serius, Sahabat :) sekedar curhatan saja.
Poin pentingnya, kalau Sahabat masih suka jengkel sama Ibu karena pesanan banyak, perintah terus-terusan, nasihat panas di telinga, ana sarankan untuk mencoba beberapa hari menggantikan tugas-tugas rumah beliau. Mengapa? Karena dengan begitu kita akan mengetahui bahwa pekerjaan seorang Ibu lebih dari luar biasa. Pekerjaan seorang Ibu Rumah Tangga tidak ada habisnya. Masak selesai, cucian menunggu, lantai perlu disapu, taman belum disiram, setelah itu pasti sudah harus menyiapkan makan siang, memastikan putra-putrinya mendapat yang terbaik, membimbing dan mengarahkan pendidikan kita dan seterusnya. Cobalah sesekali. Untuk sahabat yang memiliki Ibu seorang aktivis, berkarir, guru atau pekerjaan yang lain dan tanpa ART (Asisten Rumah Tangga), layak berbangga. Pekerjaan di rumah saja sudah tak ada hentinya ditambah beban dari pekerjaan. So, kita harus lebih peka untuk senantiasa membantu, minimal urusan kita beres tanpa merepotkan Ibu. Dan apapun pesan Ibu, bibir yang selalu bicara mengingatkan kita, yang terkadang membuat kita jengkel, itulah yang terbaik untuk Ibu. Ibu hanya ingin mengarahkan kita agar menjadi yang terbaik. Jadi, marilah kita malu dan membuang jauh perasaan sebel kita terhadap "celoteh" Ibu. Karena Ibu lebih dari luar biasa. (key)





Maraji':
http://www.dakwatuna.com/2008/07/783/hak-ibu-atas-anaknya/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment