Free Soccer Ball Cursors at www.totallyfreecursors.com
PerMiDi: Kasihmu Tak Terbeli
RSS

Kasihmu Tak Terbeli

Beliau mengenalkan ana padaNya, pada Rasul, sebagai landasan hidup agar sukses dunia akhirat. Beliau yang mendampingi ana menghafal bacaan sholat, belajar tajwid, belajar siroh. Alhamdulillah... Beliau guru agama yang bijak, sabar dan tak mudah menyerah saat ana putus asa atau lebih tepatnya mutung karena tak kunjung hafal ayat-ayat Al Quran. Beliau guru pertama dalam kehidupan.

Beliau mengajarkan ana kasih sayang. Kasih sayang Ibu tidak hanya untuk ketiga putra-putrinya, beliau juga mendampingi lebih dari 500 siswa-siswi sebagai Waka. Kesiswaan di sekolah tempatnya berkarya. Tidak jarang beliau harus turun tangan menyelesaikan kenakalan siswa. Jadi tak tega rasanya menambah beban pikirannya untuk menyelesaikan masalah ana. Mungkin ini yang membuat ana jarang cerita padanya, lebih baik menyelesaikannya sendiri selama masih mampu. Mencoba mandiri, seperti yang beliau inginkan. Darinya pula ana belajar berbagi, selalu ingin bermanfaat bagi manusia lain.
Beliau mengajarkan ana manajemen waktu. Sudah tentu Sahabat paham betul bagaimana tugas seorang Ibu. Lebih banyak dari pada bos perusahaan manapun. Tak ada habisnya. Beliau tidur paling akhir dan bangun paling awal dibanding anggota keluarga lainnya. Ketika malam, beliau tak lupa mengingatkan putra-putrinya sholat Isya' dan  doa sebelum tidur. Sebelum adzan subuh berkumandang Ibu sudah patroli ke kamar putra-putrinya mengajak sholat malam atau mengingatkan makan sahur jika hari Senin- Kamis. Sungguh, Ibu luar biasa. Apalagi dengan pekerjaan beliau yang bukan sekedar Ibu Rumah Tangga. Selain pekerjaan di rumah, beliau masih harus menyelesaikan laporan nilai atau tugas-tugas dari Kepala Sekolah. Namun beliau bisa menyelesaikan semua itu tepat pada waktunya. Hebat.

Beliau seorang trainer leadership. Pemimpin keluarga memang milik Bapak. Namun, bagi ana, Ibu tak kalah jagonya memimpin dan membimbing putra-putirnya. Sekali lagi, ana belajar kepemimpinan darinya. Di rumah kami tidak ada Asisten Rumah Tangga (ART). Dengan terampil Ibu membagi-bagi pekerjaan rumah tangga tentu ana juga paham ada maksud terselubung. Membejarkan kami agar "ngerti gawean". Bapak tidak sungkan untuk mencuci baju kami sekeluarga di pagi hari sebelum berangkat ke kantor, jadi dipastikan tidak ada cucian yang menumpuk. Jangan diragukan kebersihannya ya, super detail dan bersih pokoknya :). Mungkin yang ada tumpukan cucian kering yang siap diseterika, kali ini sudah mendapat solusinya. Kami kilokan di laundry, tinggal ambil sudah rapi dan wangi ^^ Pagi hari, adik dan kakak bertugas beres-beres rumah, menyapu, memanaskan motor untuk kami pakai dan memberi makan ikan :)) Sedangkan ana, sebagai co-cheff di dapur bersama Ibu. Memasak. Dulunya sih ana ga betah lama-lama di dapur, tetapi lama-kelamaan senang juga menjalaninya. Jadi dipastikan tidak ada pengangguran di rumah kami :)) Satu kebiasaan juga, sambil bekerja di pagi hari, kami selalu mendengarkan kajian di radio. Asyik, kan? Dapat ilmu juga.

Beliau Menteri Keuangan yang luar biasa. Jangan harap KPK bisa menemukan fakta di sini :)) Yang ada fakta kejujuran yang Ibu ana terapkan. Ya bisa saja membohongi orang-orang kantor, tetapi harus ingat ada yang tak bisa dibohongi, Alloh Mahamelihat. Tak jarang ana diajak untuk membantu Ibu merapikan keuangan rumah tangga, merapikan uang keluarga juga membereskan keuangan sekolah (Ibu juga sebagai bendahara di beberapa kegiatan sekolah). Ana belajar bertanggung jawab, kejujuran dan mengatur pemasukan dan pengeluaran rumah tangga. Namun sayang, sampai sekarang ana rasa belum bisa mempraktikannya. Masih sering uang saku bulanan sudah habis ketika bulan belum berakhir. Boros :(

Beliau superMom dan superAktivis. Selain mengajar di sekolah dan tak lupa mengajar di rumah untuk putra-putrinya, beliau aktif sebagai ustadzah TPA di kampung ketika sore hari, mengajar Iqro' untuk Ibu-Ibu di masjid ba'da sholat maghrib sampai Isya' tiba. Subhanalloh... Malu sekali rasanya, beliau jarang sekali mengeluh capek ataupun lelah. Sedangkan ana, yang bukan aktivis dan hanya membantu sedikit dari pekerjaan rumah sudah basah bibir ini dengan keluhan lelah. Astaghfirulloh...


Beliau tidak pernah banyak menuntut, membebaskan putra-putrinya membuat target hidup masing-masing dan mendampingi dalam proses pencapaiannya. Jika sesekali kami keluar dari koridor, beliau langsung tanggap bak alarm early warning system yang sudah otomatis menegur kami. ^^

Ibu... Ummi... Ana malu, belum bisa membanggakanmu. Malu, tak ada prestasi luar biasa yang membuatmu puas membesarkanku.
Ummi... Kasihmu sungguh luar biasa bagiku... Tak terbeli dengan mata uang dunia manapun...
Ibu... Sungguh, jika ada yang bisa ana kasih untukmu sebagai balasan, akan kuberi...
Ya Rabb, Dzat yang Mahaadil, Mahamelihat betapa istimewanya Ibu...
Berikanlah balasan baginya dengan sebaik-baik balasan...
Satu keyakinan bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan...
Ya Alloh...
Berikan kasihMu padanya, semoga kami selalu istiqomah di jalanMu...
Senantiasa Qonaah atas nikmatMu...
Taat dalam Ibadah di jalanMu...
Dan... kumpulkanlah kami kelak, di JannahMu...


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment